Minggu, 21 Juni 2015

GERILYA SEBAGAI LANDASAN STRATEGI KADERISASI PII




Oleh : Wildan Alami[2]

1.    PENDAHULUAN

“sesungguhnya Alloh telah memilih adam, Nuh, keluarga ibrahim dan keluarga imran melebihi segala Ummat (pada masing masing)”
(QS. Ali Imran : 33)

Wahai bani israil, ingatlah nikmatku yang telah diberikan olehku kepadamu, dan aku telah melebihkan kamu dari semua ummat yang lain di alam ini (pada masa itu)”
(QS. Al baqarah : 47)

“Seorang kader PII setara dengan seribu pelajar biasa, itulah kaderisasi gerilya”

Kaderisasi merupakan elemen penting dalam pergerakan perjuangan Ummat Islam. kaderisasi yang bagus akan menghasilkan output kader pejuang yang bagus, kader yang bagus dan berada pada posisi yang tepat akan menghasilkan pergerakan yang efektif.
Kaderisasi adalah upaya menyiapkan individu yang siap secara mental dan kompetensi melalui proses ideologisasi, sosialisasi dan transformasi. Agar seorang kader dapat menyelesaikan prso’alan yang akan diembannya; (Baca :Ta’dib)
·         Ideologisasi adalah internalisasi nilai dan carapandang hidup Islam,
·         Sosialisasi adalah upaya pengenalan dan posisioning kader pada medan perjuangan
·         Transformasi adalah pemberian wewenang, tanggungjawab, kewajiban serta kepercayaan untuk melaksanakan amanah perjuangan.

Proses kaderisasi dibuat melalui 4 tahap yaitu rekruitmen, pembinaan, distribusi dan mentoring. Proses kaderisasi bisa dianalogikan kedalam proses industri yaitu mengambil bahan baku, mengolah, menyebarkan dan menilai peredaran barang.
Jika kita mengambil bahan baku yang bagus, diolah dengan tehnik apik, disebarkan pada posisi yang tepat dan dengan pengawasan yang intenship, maka kaderisasi kita akan menjadi manfaat dan tepat guna.
Maka berbicara kaderisasi tidak terpaku pada perso’alan training, kursus dan ta’lim tapi juga berkaitan dengan proses rekruitmen, pengalaman berstruktur dan penyediaan lahan aktualisasi yang tepat. Oleh karena itu berbicara kaderisasi berkaitan dengan keseluruhan aktivitas PII. (Baca Kisah Nabi Musa AS.) adapaun proses kaderisasi adalah sebagai berikut :
Pelajar Islam Indonesia sebagai bagian dari mata rantai perjuangan Ummat Islam Indonesia  merupakan entitas sosial yang sengaja dibuat sebagai mesin produksi kader yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia.
Oleh kaderna itu untuk supaya PII bisa betul betul menjadi pembina Ummat, dan pembina negara, PII harus betul betul memenuhi kebutuhan suplay kader bagi bangsa ini. Maka PII harus menganalisis jumlah dan spectrum kader yang dibutuhkan.
Mengingakt kondisi PII yang semakin hari semakin krisis dari segi kekuatan infraskturktur, ditambah sistem pendidikan yang semakin mempersempit ruang bermain pelajar di luar sekolah, ditambah semakin banyaknya organisasi dan komunitas yang lebih populer, dibandingkan dengan luas territorial Indonesia yang luas ini, maka bisa dihitung bahwa PII tidak mungkin menghasilkan kader dalam jumlah banyak.
Oleh karena itu perlu dirancang satu model dan sistem kadersasi yang efektif dan efisien. Dalam artian bagaimana PII bisa memaksimalkan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan kader bangsa;
Posisi PII yang terhitung kecil dan digiati oleh orang yang rata rata usianya masih belia dengan tanggungjawab dakwah yang besar memang cukup sulit akan tetapi bukan berarti tidak mungkin. “Alloh tidak pernah membebani masalah kepada manusia yang tidak memiliki kemampuan” dalam arti bahwa pasti ada jalan, pasti ada desain yang bisa kita rancang agar kaderisasi kita bisa efektif dan efisien.


2.    LANDASAN TEORITIS

Meskipun PII merupakan organisasi yang kecil dengan kondisi yang sangat krisis akan tetapi yakinlah bahwa cita citanya pasti akan tercapai meskipun dalam waktu yang lama, hambatan yang keras dan jalan yang berliku “
“dan ingaktalh ketika yusuf berkata kepada ayahnya, “wahai ayaku, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan rembulan, kulihat semuanya bersujud kepadaku”. (QS. Yusuf : 4)

Meskipun ada hadits yang mengatakan bahwa kejahatan yang terorganisis akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisis, akan tetapi tidak ada satu nashpun yang mengatakan bahwa yang haq akan kalah dengan yang bathil. Dalam hal ini kebaikan berbeda dengan kebenaran. Oleh karena itu PII harus meluruskan orientasi, menyusun strategi yang rapih, membangun kebudayaan yang suci dan mulia serta mempersiapkan segala infrastruktur perjuangan dengan baik.
“ dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu) jika kamu menderita kesakitan maka ketahuilah merekapun menderita kesakitan pula sebagaimana yang kamu rasakansdang kamu masih mengharapkan dari Alloh apa yang tidak dapat mereka harapkan. Alloh maha mengetahui dan maha bijaksana”(QS. An-Nisa ayat 104)

Konon katanya luas tanah surga jauh lebih kecil dari pada luas tanah yang disediakan untuk neraka, oleh karena itu orang orang yang berjalan pada jalan yang benar memang jumlahnya selalu lebih sedikit. Akan tetapi bukan berarti yang sedikit itu akan kalah dengan orang yang banyak.
“ berapa banyak golongan yang kecil mengalahkan golongan yang besar dengan seizin alloh. Dan Alloh beserta orang orang yang sabar”  (QS. Albaqarah : 249)

Dalam hal ini kemenangan tidak ditentukan oleh seberapa banyak jumlah pasukan dan kelengkapan logistik akan tetap seberapa besar kekuatan, pengorganisiran yang tepat dan pelaksanaan yang teratur.
“kekuatan pasukan dihitung berdasarkan kemampuan dan posisinya, bukan berdasarkan jumlah dan senjatanya.
Jika kekuatanmu 10 berbanding 5 maka kepunglah,
jika kekuatanmu 5 berbanding 5 maka berperanglah,
jika kekuatanmu 5 berbanding 10 maka pecahbelahlah,
jika kekuatanmu 2 berbanding 10 maka susupi dan hancurkan dari dalam (bergerilya-lah)[3][4]

dengan begitu tidak ada alasan bagi kita untuk pesimis dan menyerah kepada takdir. Kita harus menjemput takdir. Dan jika kita tidak bisa mencapai keberhasilan hanya karena kekuatan yang sedikit itu bukan karena takdir Alloh. Jalaludin rumi mengatakan bahwa
“jika dari sepuluh orang yang tersesat di hutan, ada seorang yang terjebak dan itu adalah kamu maka jangan sekali kali menyalahkan kegelapan.”



3.    PROBLEM, KADER DAN KADERISASI[5]

Komponen pengorganisiran kader terdiri dari 4 unsur yaitu :

1.    Problem, merupakan situasi real yang menjadi masalah hadapan si pejuang (aktivist) yaitu terdiri dari :
a.   Ide, merupakan masalah gagasan, paradigma, wawasan teoritis yang berkembang di tengah masyarakat;
b.   Regulasi, merupakan problem pengaturan ketertiban, hukum yang mengikat dan tatanan yang membentuk sebuah peradaban
c.   Sistem, merupakan masalah komponen dan susunan elemen elemen kebudayaan dan peradaban.
d.   Etika, merupakan  merupakan masalah yang berkaitan dengan performa pola tempat dan waktu sebuah kebudayaan.
e.   Tradisi, merupakan masalah pelaksanaan praktek kebudayaan dan peradaban

2.    Solusi, merupakan metoda yang perlua dilaksanakan atau dikuasai oleh si pejuang yang terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a.   Ideologi, merupakan gagasan ideal folosofis yang mengandung moral, etika dan estetetika yang harus diburujudkan dalam sebuah kebudayaan;
b.   Konsep, merupakan rancangan/desain regulasi tertulis, hukum, format sebuah kebudayaan
c.   Strategi, merupakan sistematika langkah langkah dan fase fase dan komponensi dan tatanan sebuah kebudayaan yang terungkap dalam ideologi;
d.   Taktik, merupakan langkah siasah untuk menghadapi hambatan dan tantangan kebudayaan;
e.   Teknis, merupakan cara melaksanakan kebudayaan seara real dan praktis;

3.    Kader, merupakan stukrut mentaln dan komepetensi yang harus dimiliki oleh si pejuang yang terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a.   Imuwan/profesor, merupakan pejuang yang berfungsi mengeluarkan gagasan folosofis ideologis yang bisa menyelesaikan problem kebudayaan yang bersifat global ia berkomunikasi dan mendapat intruksi langsung dari Alloh;
b.   Desainer/arsitek merupakan pejuang yang berfungsi membuat rancangan konseptual/ regulasi, tatanan pemerintahan dsb untuk mewujudkan sebuah gagasan filosofis. Ia berkomunikasi secara langsung dengan ilmuwan secara dialektif;
c.   Operator, merupakan orang yang menyusun rancangan strategi perwujudan/pembangunan dari sebuah konsep kebudayaan yang disusun ia berkomunikasi secara langsung dengan desainer secara konsultatif;
d.   Aktor, merupakan orang yang menjalankan misi tertentu yang diberikan oleh operator ; ia mendapat instruksi dari operator;
e.   Eksekutor,  merupakan orang yang dipergunakan oleh aktor untuk melaksanakan secara langsung langkah mencapai sebuah target target tertentu; ia digerakan secara persuasif/provokatif;

4.    Kaderisasi, merupakan proses mempersiapkan mental dan komptensi kader melalu proses ideologisasi, transformasi dan sosialisasi misi dan eksistensi organisasi
a.   Jenjang pendidik merupakan wahana edukasi dan aktualisasi diisi oleh pendidikan keinstrukturan; komunikasi pelatih dan peserta bersifat sharing;
b.   Jengang atas merupakan wahana konseptualisasi dan idealisasi diisi oleh pendidikan pembuatan regulasi; komunikasi instruktur dengan peserta bersifat dialektis;
c.    Jenjang mengengah merupakan wahana sosialisasi diisi oleh pendidikan konsfirasi dan sosial enginering; komunikasi pendidik dengan peserta bersifat konsultatif;
d.   Jenjang dasar merupakan wahan internalisasi diisi oleh pendidikan mental dan keterampilan aksi; komunikasi instruktur dengan peserta bersifat instruktif;
e.    Jenjang rekruitmen merupakan wahana apresiasi minat bakat disisi oleh pendidikan teknis; komunikasi instruktur dengan peserta bersifat persuasif;





4.    POKOK POKOK TAKTIK GERILYA[6]

Perang gerilya merupakan model perang dengan kekuatan yang tidak seimbang. Dimana pihak kita memliki kekuatan yang jauh lebih kecil daripada musuh dari berbagai dimensi. perang gerilya merupakan perang yang dilakukan sambil sedikit demi sedikit membangun kekuatan yang seimbang dengan musuh sehingga bisa melakukan perang militer secara terbuka (ofensif). Adapun sifat sifat perang gerilya adalah sebagai berikut :

1.    Doktrin

Gerilya merupakan perang yang memiliki tujuan yang suci mulia tidak semata mata untuk mengejar kekayaan atau popularitas, pernag gerilya merupakan perang antara yang haq dan yang bathil. Seorang gerilya tidak hanya seorang jenderal termpur melainkan pelopor ideologi.
Gerilya tidak sematamata perang senjata, gerilya merupakan perang ideologi, karena hanya dengan ideologi yang kuat, hanya batin yang teguh, yang dapat meledakan perang gerilja yang cukup tabah buat menempuh jalan penderitaan yang panjang dan sulit sampai pada tingkatan mengalahkan musuh yang kuasa.
Tindakan-tindakan sigerilja tidak bisa cuma mengutamakan pertempuran-pertempuran, melainkan haruslah pula mengutamakan psyichologis dan sosial ekonomis dengan gerakan-gerakan propaganda, politik non-kooperasi, politik bumi-hangus, infiltrasi dll.

2.    Tentara

Tentara perang gerilya merupakan tentara yang super, tentara multi tallenta, tentara pilihan dari rekruitmen bibit bibit unggul, tentara yang bisa memerankan berbagai posisi bisa menggunakan berbagai jenis senjata, bisa melakukan berbagai jurus. Adapun sifat sifat seornag gerilyawan adalah sebagai berikut :

a.   Idealis, memiliki keyakinan dan cara pandang hidup yang tidak materialis,  memliki orientasi hidup, memahami hukum;
Yang haq pasti menang dan yang bathil pasti kalah..!!!

b.   Ksatria, kuat secara fisik dan mental, bernyali besar, selalu serius menghadapi perso’alan, otak yang cerdas, profesional dan bertanggungjawab;
Berani karena benar dan takut karena salah..!!!

c.   Berkarakter, memiliki prinsip yang kuat, berjiwa pelopor mampu masuk, mempengaruhi dan menggerakan massa. memiliki kompetensi yang banyak, tidak mudah terbawa arus, fokus pada target, penguasaan medan yang tinggi;
Tandang ke gelanggang walau seorang;..!!!

d.   Mental juara,  jiwa petarung, tidak mudah menyerah, memaksimalkan segala potensi dengan efektif, dan selalu siap dan layak untuk menang;
Jangan kembali pulang sebelum menang..!!!

e.   Heroik, rela berkorban, menolong yang lemah, membasmi yang dzalim.  
Berhasil tidak dipuji, gagal dicacimaki dan mati tidak dicari..!!


3.    Pasukan

Pasukan gerilya merupakan pasukan khusus, pasukan gerilya merupakan pasukan elit. yang sedikit melawan pasukan yang banyak.
a.   Pasukan gerilya diambil secara selektif, tentara pilihan yang memiliki minat dan bakat yang tinggi;
b.   Pasukan gerilya dilatih untuk bisa menyelesaikan perso’alan yang banyak dengan potensi yang sedikit, memiliki kesadaran potensi diri, percaya akan potensi dan mampu memberi kepercayaan pada orang lain;
c.    Pasukan gerilya dilatih untuk memiliki kemampuan dari ranah paling teknis sampai ranah paling filosofis;
d.   Pasukan gerilya mampu memposisikan diri dengan tepat seara infiltratif di jantung pertahanan musuh untuk merusak sendi paling inti dari kekuatan musuh;
e.   Pasukan gerilya dimonitoring secara rahasia oleh seorang komandan gerilya yang bertugas membuat desain perang, membagi tugas, mengevaluasi dan membuat kebijakan dan keputusan strategis.

4.    Medan
Perang yang sekarang bukan lagi perang antara tentara dengan tentara perang yang khusus dengan strategi, taktik dan logistiknya,saja, bukan lagi cuma perang militer. Melainkan sekarang yang berperang adalah rakyat,  rakyat seluruhnya.
Perang bergolak secara semesta, perang politik militer, politik, psychologi dan ekonomi.walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan bersenjata yang berhadapan.

5.    Logistik

Pangkalan
Grilya berpangkalan dalam rakyat, mempersiapkan diri ditengah-tengah rakyat seperti ikan dalam air, bersembunyi ditengah-tengah rakyat. Gerilja berpangkalan dimana-mana, asal saja ada rakyatnya dan asal saja buminya cukup ruangan dan persembunyian.
Bumi yang sulit didatangi oleh musuh, yang cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran, yang tak dapat diserbu oleh musuh secara besar-besaran. gerilja berjuang dengan bantuan, pemeliharana dan perlindungan dan bersama sama rakyat pula. Gerilja adalah prajurit rakyat yang sedjati.

Senjata / amunisi
Karena gerilya adalah perang dengan senjata yang kurang melawan senjata yang lengkap dan canggih, maka Senjata gerilya adalah senjata musuh. Senjata dicuri dipergunakan dari dan untuk melumpuhkan musuh. Gerilya harus sepintar pintarnya menghemat energi diri dan menguras energi musuh.

6.    Organisasi
Perang gerilya diorganisir secara rahasia dalam organisasi clandestine berkomunikasi dengan bahasa sandi, diikat dengan misi, disatukan dengan rasa kekeluargaan, bekerja secara harmonis dan dinamis.

7.    Komando
Perang rakyat yang total memerlukan pemimpin yang total dan bukan saja pada puncak nasional, melainkan juga pada daerah-daerah gerilja yang terbawah. Kesatuan dan kebulatan pemimpin adalah syarat mutlak untuk kesempurnaan perang rakyat yang semesta.
Pimpinan perang bukan lagi mengenai medan militer, melainkan medan-medan seluruhnya secara semesta. Syarat-syarat yang diminta dari padanya bukan lagi keahlian cuma keahlian militer, melainkan pemahaman seanteronya politik, militer dan ekonomi.

8.    Siasat / strategi
Siasat gerilja adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, Musuh disebar-sebar, dipecah-pecah dan dipakukan melelahkan, memeras darah dan keringatnya sebanyak mungkin, dan menggoncangkan urat-urat syarafnya. Gerilja adalah muncul-menghilang, mondar-mandir dimana-mana, sehingga bagi musuh tiada dapat dicari dimanapun, tapi dirasakan menggempur dimana saja.
Akan tetapi, Perang gerilja tidaklah boleh sembarangan “geriljisme”. Kaum gerilja juga harus berdisiplin, juga harus berorganisasi, juga harus berlatih, juga harus mempelajari taktik bertempur, juga harus mempunyai rancangan dan perhitungan. Kaum gerilja juga mempunyai pemimpin yang harus ditaati, Bahkan segala sesuatu harus lebih berat disadari.
9.    Intelijen
Fungsi intelijen biasanya diperankan secara terpisan dari tentara tempur. Akan tetapi karena jumlah pasukan yang sedikit dan sulitnya berkoordinasi secara leluasa, maka fungsi tentara tempur harus merangkap tentara intelijen. Adapaun fungsi intelijen lebih ditujukan kepada;
a.Spionase (pengintaian musuh)
b.Infiltrasi (penyusupan agen ke jantung pertahanan musuh)
c. Sabotase (penggagala/pengrusakan kegiatan musuh melalui penghancuran sendi vital;
d.Penggalangan (meraih simpati rakyat dan menggerakan potensi rakyat untuk mendukung gerilya)
e.    Propaganda (membangun kesamaan ideologi, membangun kebencian rakyat terhadap musuh)

10. Anti gerilya

Merupakan upaya memisah geriljawan musuh dari rakyat pangkalnya, dan karena itu lebih-lebih harus mengutamakan gerakan politik, psychologis dan ekonomis. Gerilja harus dilawan dengan senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan flexible.
Soal pokok adalah menawan hati rakyat. Inilah strategi perang anti-gerilja. Mengenal rakyat, mengenal cita-citanya, mengenal adat-istiadatnya, mengenal masalahnya adalah senjata utama dalam tangan pihak anti-gerilja.
Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota gerilja sendiri, terutama yang telah tertawan. Dengan sikap yang baik-adil, dengan menyadarkan kepada maksud anti-gerilja lebih tinggi daripada sigerilja, dengan lain-lain daya upaya,  supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran mereka.

5.    IMPLEMENTASI PRINSIP GERILYA DALAM KADERISASI PII

Kaderisasi gerilya merupakan model pengorganisiran kader diaman jumlahnya sedikit tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat bangsa dan negara. Pihak kita terhitung sulit untuk merekrut anggota yang banyak, melakukan pendidikan yang komples dan ditribusi kader secara masiv. Kaderisasi gerilya kaderisasi yang dilakukan sambil sedikit demi sedikit membangun infrastruktur kaderisasi yang mapan. Karena hanya dengan kaderisasi yang mapanlah memungkinkan dan sangat mendukung untuk terciptannya perkembangan mental kader yang paripurna. Adapun sifat dari konsep kaderisasi gerilya adalah sebagai berikut :

A.   Konsep Dasar
Kaderisasi Gerilya merupakan pola pendidikan yang memiliki tujuan profetik, membangun kebudayaan dan peradaban yang sesuai dengan islam. kaderisasi berbasis gerilya bukan untuk membangun popularitas organisasi, atau untuk merekrut anggota yang massif sehingga memiliki power yang kuat secara politik. Kadersasi gerilya perupakan pendidikan untuk menanamkan ideologi, tranformasi dan sosialisasi misi eksistensi organisasi.
Kaderisasi gerilya tidak hanya semata mata upaya pembangunan sumberdaya manusia tanpai visi. Kaderisasi gerilya merpuakan kaderisasi ideologis yang menanamkan cita cita, memberi pola strategi dan landasan yang fundamental, karena hanya dengan ideologi yang kuat, batin yang tanggu yang dapat memicu perkembangan mental dan kompetensi yang dahsyat. 
Kaderisasi kerilya tidak bisa hanya menggunakan metodologi metodologi pelatihan dan pembelajaran saja. Melainkan harus menggunakan sentuhan psikologis dan sosial. Dengan internalisasi doktrin doktrin perjuangan, pembinaan intenshif dan penggemblengan mental, serta integrasi yang kuat.
B.    Mental Dan Kompetensi Yang Dibangun
Kader organisasi gerilya merupakan kader super kader multi kompetensi kader pilihan, yang direkrut dari bibit bibit potensial, orang orang terbaik dari kalangannya. Berwawasan luas, mampu menggunakanberbagai teknologi, mampu menysusun dan menjalankan berbagai strategi,

a.   Idealis, memiliki keyakinan dan cara pandang hidup yang tidak materialis,  memliki orientasi hidup, memahami hukum;
Yang haq pasti menang dan yang bathil pasti kalah..!!!

b.   Ksatria, kuat secara fisik dan mental, bernyali besar, selalu serius menghadapi perso’alan, otak yang cerdas, profesional dan bertanggungjawab;
Berani karena benar dan takut karena salah..!!!

c.   Berkarakter, memiliki prinsip yang kuat, berjiwa pelopor mampu masuk, mempengaruhi dan menggerakan massa. memiliki kompetensi yang banyak, tidak mudah terbawa arus, fokus pada target, penguasaan medan yang tinggi;
Tandang ke gelanggang walau seorang;..!!!

d.   Mental juara,  jiwa petarung, tidak mudah menyerah, memaksimalkan segala potensi dengan efektif, dan selalu siap dan layak untuk menang;
Jangan kembali pulang sebelum menang..!!!

e.   Heroik, rela berkorban, menolong yang lemah, membasmi yang dzalim.  
Berhasil tidak dipuji, gagal dicacimaki dan mati tidak dicari..!!!


C.  Kompetensi kader

a.   Kader diambil dari orang orang pilingan yang paling unggul dari kalangannya.
b.   Kader harus menguasai peta dan perso’alan lokal sampai internasional.
c.    Kader harus menguasai kompetensi dari yang paling teknis sampai paling filosofis dan teologis,
d.   Kader harus menguasai seluruh lini kehidupan dari ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, dsb.
e.    Kader harus bisa menjadi seorang eksekutor sampai seorang profesor;
f.     Kader dapat menempatkan diri secara efektif dan rahasia ke tempat strategis;
g.   Pergerakan kader harus termonitoring dan terevaluasi dengan baik.



D.   Lapangan Berlatih
Pendidikan yang sekarang tidak lagi merupakan sebuah pembinaan dengan guru/instruktur khusus dengan strategi dan metoda pembelajaran serta media belajar yang formal dan konvensional. Tidak hanya berbentuk sekolah ekslusif yang mengungkung daya jelajang kader. Pendidikan pola gerilya merupakan pendidikan alam terbuka. Dimana kader belajar dari realitas alamiyah, dibimbing oleh wahyu dan dipandu oleh kebersihan jiwa.
Pendidikan berlangsung secara semesta, pendidikan kontekstual, pembelajaran hadap masalah, mentalitas kader dibangun oleh situasi sosiocultural yang nyata. Kompetensi kader dilatih oleh berbagai variasi perso’alan serta tugas aksi yang dijalankan. Meskpun pendidikan yang lebih terpelihara adalah pendidikan yang terkanalisasi.

E.    Media Dan Alat Berlatih

Kelas
Kaderisasi gerilya tidak merupakan kelas ruangan formal. Kelas kaderisasi gerilya berada di tengah tengah masyarakat. belajar, bersama dari dan untuk masyarakat. Kelasnya berada di mana mana. Di tengah masyarakat yang cukup subur nilai kebudayaan dan peradabannya, masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan perkembangan mental dan intelektual dan kompetensi kader;
Masyarakat yang steril tidak terkontaminasi budaya sekuler, masyarakat yang memberi perlindungan, memberi penghidupan dan pendidikan. Masyarakat yang memiliki security kebudayaan yang kuat. Kaderisasi gerilya merupakan pendidikan berbasis masyarakat sejati;

Materi pendidikan
Karena kaderisasi gerilya adalah kaderisasi dengan perlengkapan yang sederhana untuk menyelesiakan perso’alan yang begitu kompleks, maka materi dan peralatan belajarnya berasal dari masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kaderisasi gerilya tidak memberikan informasi atau pengajaran apapun. Kaderisasi gerilya hanya menanamkan doktrin, meluruskan orientasi, memberikan simulasi, membangun integritas emopsional anta kader.
Kaderisasi gerilya adalah kaderisasi pemimpin, pelopor, tempatnya berbagi informasi, merumuskan gagasan membuat kebijakan, dan membagi tugas kerja; kaderisasi gerilya harus terbuka kepada berbagai potensi, minat bakat manusia. Semakin beragam potensi semakin baik kualitas kaderisasi. Dengan begitu kaderisasi gerilya semakin lama semakin kaya akan informasi, semakin kuat dengan potensi dari luar yang diorganisir didalam;

F.    Organisasi Kader
Kader gerilyawan diorganisis melalui sebuah lembaga yang sifatnya rahasia. Lembaga itu disebut lembaga clandestine. Struktur organisasi gerilya dibangun sangat efektif, efisien dan fleksibel. Koordinasi antar gerilyawan menggunakan bahasa sandi karena medan operasi berada di lingkungan musuh yang bertentangan secara ideologi; organisasi gerilyawan dibangun secara kekeluargaan, diikat dengan kesamaan misi, dipersatukan dengan kesatuan jiwa. Bekerja secara harmonis, posisioning yang otomatis, dengan tempo yang dinamis dan progresif;

G.  Pelatih
Kaderisasi gerilya dilatih oleh instruktur yang sama sama seorang gerilyawan, kader super, multi talent dan memiliki penguasaan medan yang tinggi. adapun tugas tugas pelatih adalah sebagai berikut :
a.   Bertanggungjawab terhadap seluruh resiko pendidikan
b.   Menyeleksi dan merekrut calon kader unggulan;
c.    Menanamkan ideologi
d.   Membangun mental kader dengan menempatkan kader pada situasi sosiocultur yang nyata;
e.    Membina skill dan kompetensi melalui tugas tugas aksi yang variatif dan terstruktur;
f.     Menghadapkan kader pada masalah real melalui pengalaman berstruktur;
g.   Memberikan amanah perjuangan dan mendistribusikan kader kader ke lini strategis;
h.    Mengevaluasi dan mengembangkan pola pendidikan;

Syarat pelatih :
a.   Pejuang ideologi total yang memeiliki kompetensi tinggi;
b.   Memiliki kemampuan membaca dan mengolah psikologi manusia;
c.    Memiliki wawasan ideologi yang matang,
d.   Kuat secara karakter, mampu memberikan tekanan, memotivasi dan menggembleng kader secara psikoilogis;
e.    Memiliki kompetensi yang multi dan penguasaan meddan yang tinggi;
f.     Memiliki kemampun comunity developmen;
g.   Memiliki jejaring eksternal yang luas; memiliki peta dan konspe perjuangan yang matang;
h.    Konsisten dan konsen dalam mengelola kaderisasi siap dipanggil kapan saja;


H.   Metoda pendidikan

Pembangunan mental
1.    Untuk membangun jiwa yang idealis setiap harus disediakn lingkungan yang penuh  godaan godaan material seperti kekayaan, kedudukan, syahwat dsb.  Dengan ditanamkan ideologi yang kuat dan jaminan keselamatn dunia dan akhirat maka jiwa idealis akan tumbuh;
2.    Untuk membangun jiwa ksatria Kader harus dibiasakan menghadapi tantangan dan tugas tugas berresiko tinggi. Di gembleng dengan tekanan yang besar, diasah potensi, diberi data dan informasi yang akurat, peraturan yang ketat dengan hadiah dan sangsi yang jelas;
3.    Untuk membangun jiwa yang berkarakter kader harus dihadapkan pada pluraritas, diberi kepercayaan. sering diterjunkan ke masyarakat. Diberi misi revolusioner. Sering diberi tugas dengan prekwensi yang cepat, dinamika dengan tempo tinggi. kader harus merasakan nikmatnya berkarya.
4.    Untuk membangun mental juara Kader harus sering dihadapkan kepada masalah/target yang jauh lebih besar dari kekuatannnya. selalu dituntut untuk menang. Dibiasakan sukses menjalankan tugas. Agar tertanam dalam dirinya bahwa dia tidak pernah kalah.
5.    Untuk membangun jiwa yang heroik, Jangan pernah memberi pujian, kader harus dituntut untuk berkorban dan berjuang mati matian, dan dibiasakan terasing;

Pembinaan kompetensi
a.   Untuk memperoleh bibit yang unggul rekruitmen harus menyentuh berbagai komunitas pelajar, harus dibuat team pencari bakat;
b.   Untuk melatih penguasaan medan dan peta perso’alan dibangun melalui kajian kajian strategis yang membahas dan menuntut kader ntuk mengambil keputusan dan membuat rancangan kebijakan dan melakukan aksi yang efektif;
c.    Untuk melatih kompetensi kader dibangun melalui penjenjangan pelatihan yang sistematis dan terukur dengan gaya komunikasi pelatihan yang konstruktif menciptakan mental yang sesuai;
d.   Untuk membangun penguasaan medan kader harus dilatih untuk mobile, bergerak cepat, progresif, muncul dimana mana. Seolah olah banyak tapi sedikit;
e.    Untuk melatih kapasitas kader dibangun melalui mengalaman berstruktur dari mulai tingkat kecamatan sampai nasional bahkan kalau bisa internasional;
f.     Untuk memperoleh posisi kader yang tepat, Kader harus disusupkan dan diberi ruang aktualisasi pada posisi paling vital di setiap sistem pemerintahan. Elemen masyarakat dsb. Untuk mempengaruhi, mewarnai dan membangunnya sesuai dengan syari’at Islam;
g.   Untuk mengawasi pergerakan Kader yang sedang beroperasi dimonitoring dan dipimpin oleh seorang dewan muadib. Yang mengkoordinir, menguasai medan, membuat konsep membuat keputusan pergerakan;


I.     Evaluasi dan monitoring

Fungsi evaluasi dan pengawasan biasanya dilakukan secara terpisah dimana pengawasan dilakukan oleh instruktur secara keseluruhan. Akan tetapi karena kaderisasi gerilya jumlahnya tidak banyak, maka fungsi pengawasan dibebankan kepada pelajar yang sedang mengikuti proses pendidikan. Disini kader dituntut untuk dapat bekerja dan mengevaluasi dirinya sendiri. Agar ia lebih menyadari potensi diri dan mampu memposisikan diri secar aotomatis;
Adapun fungsi monitoringd an evaluasi adalah sebagai berikut :
a.   Fungsi pengamatan secara rahasia (pengintaian) untuk mendeteksi situasi dan kondisi pergerakan;
b.   Fungsi penyusupan agen ke lingkungan target;
c.    Fungsi sabotase, yaitu untuk menangkal dan menghacurkan hal hal yang dapat menganggu kelancaran belajar;
d.   Fungsi penggalangan adalah peran untuk meraih simpati masyarakat, menggerakan aktivitas masyarakat untuk mendukung aktivitas pembelajaran;
e.   Fungsi propaganda, adalah peran bagaimana mempertahankan kestabilan psikologis dan mempengaruhi prikologi masa agar tetap siap menjalankan proses pelatihan;


J.    Countra kaderisasi

Merupakan upaya memisah seorang kader gerilya musuh dari masyarakat dan lingkungan yang mendidiknya. Dan itu harus digunakan dnegan menggunakan gerakan politik, operasi perang urat syaraf, propaganda dan gerakan ekonomi. Countra kaderisasi harus dilakukan oleh kade gerilyawan musuh itu sendiri. Dalam artian membuat kader gerilya musush berhenti dari proses pembelajaran dengan kemauannya sendiri.
Inti perso’alannya adalah bagaimana mendapatkan hati kader gerilya musuh itu. Inilah strategi anti kaderisasi bagaimana berlomba meraih simpati dan dukungan masyarakat dengan mengenal karakter, mengenal cita cita, kebiasaan, bersatu dengannya dan memisahkannya dari lingkungannya.
Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota kader gerilja sendiri, terutama yang telah tertawan dan terjebak dalam pendidikan dan lingkungan musuh. Agar mereka yang terjebak dalam lingkungan kotor yang kontaminan menyadari dengan sendirinya untuk keluar;

K.   KELEMAHAN KONSEP INI

Strategi ini merupakan strategi yang ekstrim dan berresiko tinggi. tidak bisa dijalankan secara main main. Strategi ini membutuhkan pelaku yang total, serius. Strategi ini terhitung cukup keras. Maka bagi yang mentalnya lemah pasti akan tergerus dan terseret dan remuk secara psikologis.
a.   Peserta belajar dalam strategi ini harus betul betul selektif dipilih oleh tem pencari bakat yang ahli. Jika bahan baku kadernya lemah, dengan kecerdasan yang rendah maka proses kaderisasi akan lebih membunuh potensi ketimbang meningkatkan kemampuan;
b.   Dinamika kultural yang dibangun sangat keras, tempo tinggi, tensi yang panas. Apa bila proses pembelajara tidak dijalankan secara serius makan akan menjadi kacau balau;
c.    Pola kaderisasi ini membutuhkan pendidik/pelatih yang kuat, total dan betul betul bermental pendidik. Jika pelatihnya setengah setengah dan main main. Maka pelatihan.pendidikan akan rusak dan kader akan menjadi sampah belaka;
d.   Perlu pembelajaran yang lebih mendalam untuk menjalankan strategi ini, sebab tidak sembarang orang bisa mengikutinya, tidak sembarang orang bisa mengelolanya, tidak sembarang cara bisa dijalankannya.



L.    Penutup

Artikel ini hanya berisi prinsip prinsip dasar pelaksanaan proses kaderisasi. Artinya harus diterjemahkan ulah kedalam bentuk yang lebih konseptual agar bisa terencana dan terlaksana dengan rapih.

Demikian penjelasan tentang salahsatu wawasan dalam bidang kaderisasi ini saya buat, sebagai gagasan untuk menghadapi perso’alan kaderisasi PII yang kian hari kian parah, akan tetapi jika saja strategi ini betul betul tepat, maka Alloh SWT akan senantiasa melindungi.

Untuk lebih menyempurnakan gagasan yang telah termaktub, tidak lupa penulis membuka diri untuk diberikan kritikan dan saran yang membangun demi terapainya sebuah konsep yang matang;

Mataram, 10 September 2014



Wildan Alami
Penulis


[1] Disampaikan pada acara sarasehan Dewan Ta’dib Regional PII NTB, Mataram 10 September 2014
[2] Kepala Staf Pendidikan Dan Latihan Koordinator Pusat Brigade Pelajar Islam Indonesia Periode 2012-2015
[3] Sun-tzu the art of war
[4] Sun-tzu the art Of War
[5] Direduksi dari TA”DIB, pola kaderisasi PII
[6] Direduksi dari tulisan AH. Nasution “pokok Pokok Perang gerilya tahun 1953”

0 komentar:

Posting Komentar