1. PENDAHULUAN
“sesungguhnya
Alloh telah memilih adam, Nuh, keluarga ibrahim dan keluarga imran melebihi
segala Ummat (pada masing masing)”
(QS. Ali
Imran : 33)
Wahai bani
israil, ingatlah nikmatku yang telah diberikan olehku kepadamu, dan aku telah
melebihkan kamu dari semua ummat yang lain di alam ini (pada masa itu)”
(QS. Al
baqarah : 47)
“Seorang
kader PII setara dengan seribu pelajar biasa, itulah kaderisasi gerilya”
Kaderisasi
merupakan elemen penting dalam pergerakan perjuangan Ummat Islam. kaderisasi
yang bagus akan menghasilkan output kader pejuang yang bagus, kader yang bagus
dan berada pada posisi yang tepat akan menghasilkan pergerakan yang efektif.
Kaderisasi adalah
upaya menyiapkan individu yang siap secara mental dan kompetensi melalui proses
ideologisasi, sosialisasi dan transformasi. Agar seorang kader dapat
menyelesaikan prso’alan yang akan diembannya; (Baca :Ta’dib)
·
Ideologisasi adalah internalisasi
nilai dan carapandang hidup Islam,
·
Sosialisasi adalah upaya
pengenalan dan posisioning kader pada medan perjuangan
·
Transformasi adalah pemberian
wewenang, tanggungjawab, kewajiban serta kepercayaan untuk melaksanakan amanah
perjuangan.
Proses
kaderisasi dibuat melalui 4 tahap yaitu rekruitmen, pembinaan, distribusi dan
mentoring. Proses kaderisasi bisa dianalogikan kedalam proses industri yaitu mengambil
bahan baku, mengolah, menyebarkan dan menilai peredaran barang.
Jika kita
mengambil bahan baku yang bagus, diolah dengan tehnik apik, disebarkan pada
posisi yang tepat dan dengan pengawasan yang intenship, maka kaderisasi kita
akan menjadi manfaat dan tepat guna.
Maka
berbicara kaderisasi tidak terpaku pada perso’alan training, kursus dan ta’lim
tapi juga berkaitan dengan proses rekruitmen, pengalaman berstruktur dan
penyediaan lahan aktualisasi yang tepat. Oleh karena itu berbicara kaderisasi
berkaitan dengan keseluruhan aktivitas PII. (Baca Kisah Nabi Musa AS.) adapaun
proses kaderisasi adalah sebagai berikut :
Pelajar
Islam Indonesia sebagai bagian dari mata rantai perjuangan Ummat Islam
Indonesia merupakan entitas sosial yang
sengaja dibuat sebagai mesin produksi kader yang dibutuhkan oleh bangsa
Indonesia.
Oleh kaderna
itu untuk supaya PII bisa betul betul menjadi pembina Ummat, dan pembina
negara, PII harus betul betul memenuhi kebutuhan suplay kader bagi bangsa ini.
Maka PII harus menganalisis jumlah dan spectrum kader yang dibutuhkan.
Mengingakt
kondisi PII yang semakin hari semakin krisis dari segi kekuatan infraskturktur,
ditambah sistem pendidikan yang semakin mempersempit ruang bermain pelajar di
luar sekolah, ditambah semakin banyaknya organisasi dan komunitas yang lebih
populer, dibandingkan dengan luas territorial Indonesia yang luas ini, maka bisa
dihitung bahwa PII tidak mungkin menghasilkan kader dalam jumlah banyak.
Oleh karena
itu perlu dirancang satu model dan sistem kadersasi yang efektif dan efisien.
Dalam artian bagaimana PII bisa memaksimalkan potensi yang ada untuk memenuhi
kebutuhan kader bangsa;
Posisi PII
yang terhitung kecil dan digiati oleh orang yang rata rata usianya masih belia
dengan tanggungjawab dakwah yang besar memang cukup sulit akan tetapi bukan
berarti tidak mungkin. “Alloh tidak pernah membebani masalah kepada manusia
yang tidak memiliki kemampuan” dalam arti bahwa pasti ada jalan, pasti ada
desain yang bisa kita rancang agar kaderisasi kita bisa efektif dan efisien.
2. LANDASAN TEORITIS
Meskipun PII
merupakan organisasi yang kecil dengan kondisi yang sangat krisis akan tetapi
yakinlah bahwa cita citanya pasti akan tercapai meskipun dalam waktu yang lama,
hambatan yang keras dan jalan yang berliku “
“dan
ingaktalh ketika yusuf berkata kepada ayahnya, “wahai ayaku, aku (bermimpi)
melihat sebelas bintang, matahari dan rembulan, kulihat semuanya bersujud
kepadaku”.
(QS. Yusuf : 4)
Meskipun ada
hadits yang mengatakan bahwa kejahatan yang terorganisis akan mengalahkan
kebaikan yang tidak terorganisis, akan tetapi tidak ada satu nashpun yang
mengatakan bahwa yang haq akan kalah dengan yang bathil. Dalam hal ini kebaikan
berbeda dengan kebenaran. Oleh karena itu PII harus meluruskan orientasi,
menyusun strategi yang rapih, membangun kebudayaan yang suci dan mulia serta
mempersiapkan segala infrastruktur perjuangan dengan baik.
“ dan
janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu) jika kamu
menderita kesakitan maka ketahuilah merekapun menderita kesakitan pula
sebagaimana yang kamu rasakansdang kamu masih mengharapkan dari Alloh apa yang
tidak dapat mereka harapkan. Alloh maha mengetahui dan maha bijaksana”(QS. An-Nisa
ayat 104)
Konon
katanya luas tanah surga jauh lebih kecil dari pada luas tanah yang disediakan
untuk neraka, oleh karena itu orang orang yang berjalan pada jalan yang benar
memang jumlahnya selalu lebih sedikit. Akan tetapi bukan berarti yang sedikit
itu akan kalah dengan orang yang banyak.
“ berapa
banyak golongan yang kecil mengalahkan golongan yang besar dengan seizin alloh.
Dan Alloh beserta orang orang yang sabar” (QS. Albaqarah : 249)
Dalam hal
ini kemenangan tidak ditentukan oleh seberapa banyak jumlah pasukan dan
kelengkapan logistik akan tetap seberapa besar kekuatan, pengorganisiran yang
tepat dan pelaksanaan yang teratur.
“kekuatan
pasukan dihitung berdasarkan kemampuan dan posisinya, bukan berdasarkan jumlah
dan senjatanya.
Jika
kekuatanmu 10 berbanding 5 maka kepunglah,
jika
kekuatanmu 5 berbanding 5 maka berperanglah,
jika
kekuatanmu 5 berbanding 10 maka pecahbelahlah,
dengan
begitu tidak ada alasan bagi kita untuk pesimis dan menyerah kepada takdir.
Kita harus menjemput takdir. Dan jika kita tidak bisa mencapai keberhasilan
hanya karena kekuatan yang sedikit itu bukan karena takdir Alloh. Jalaludin
rumi mengatakan bahwa
“jika dari
sepuluh orang yang tersesat di hutan, ada seorang yang terjebak dan itu adalah
kamu maka jangan sekali kali menyalahkan kegelapan.”
3. PROBLEM, KADER DAN KADERISASI[5]
Komponen
pengorganisiran kader terdiri dari 4 unsur yaitu :
1. Problem, merupakan situasi real yang menjadi
masalah hadapan si pejuang (aktivist) yaitu terdiri dari :
a. Ide, merupakan masalah gagasan,
paradigma, wawasan teoritis yang berkembang di tengah masyarakat;
b. Regulasi, merupakan problem pengaturan
ketertiban, hukum yang mengikat dan tatanan yang membentuk sebuah peradaban
c. Sistem, merupakan masalah komponen dan
susunan elemen elemen kebudayaan dan peradaban.
d. Etika, merupakan merupakan masalah yang
berkaitan dengan performa pola tempat dan waktu sebuah kebudayaan.
e. Tradisi, merupakan masalah pelaksanaan
praktek kebudayaan dan peradaban
2. Solusi, merupakan metoda yang perlua
dilaksanakan atau dikuasai oleh si pejuang yang terdiri dari beberapa unsur
yaitu :
a. Ideologi, merupakan gagasan ideal
folosofis yang mengandung moral, etika dan estetetika yang harus diburujudkan
dalam sebuah kebudayaan;
b. Konsep, merupakan rancangan/desain regulasi
tertulis, hukum, format sebuah kebudayaan
c. Strategi, merupakan sistematika langkah
langkah dan fase fase dan komponensi dan tatanan sebuah kebudayaan yang
terungkap dalam ideologi;
d. Taktik, merupakan langkah siasah untuk
menghadapi hambatan dan tantangan kebudayaan;
e. Teknis, merupakan cara melaksanakan
kebudayaan seara real dan praktis;
3. Kader, merupakan stukrut mentaln dan
komepetensi yang harus dimiliki oleh si pejuang yang terdiri dari beberapa
unsur yaitu :
a. Imuwan/profesor, merupakan
pejuang yang berfungsi mengeluarkan gagasan folosofis ideologis yang bisa
menyelesaikan problem kebudayaan yang bersifat global ia berkomunikasi dan
mendapat intruksi langsung dari Alloh;
b. Desainer/arsitek merupakan pejuang yang berfungsi membuat rancangan
konseptual/ regulasi, tatanan pemerintahan dsb untuk mewujudkan sebuah gagasan
filosofis. Ia berkomunikasi secara langsung dengan ilmuwan secara dialektif;
c. Operator, merupakan orang yang menyusun
rancangan strategi perwujudan/pembangunan dari sebuah konsep kebudayaan yang
disusun ia berkomunikasi secara langsung dengan desainer secara konsultatif;
d. Aktor, merupakan orang yang menjalankan
misi tertentu yang diberikan oleh operator ; ia mendapat instruksi dari
operator;
e. Eksekutor, merupakan orang yang dipergunakan oleh aktor
untuk melaksanakan secara langsung langkah mencapai sebuah target target
tertentu; ia digerakan secara persuasif/provokatif;
4. Kaderisasi, merupakan proses
mempersiapkan mental dan komptensi kader melalu proses ideologisasi,
transformasi dan sosialisasi misi dan eksistensi organisasi
a. Jenjang pendidik merupakan
wahana edukasi dan aktualisasi diisi oleh pendidikan keinstrukturan; komunikasi
pelatih dan peserta bersifat sharing;
b. Jengang atas merupakan wahana
konseptualisasi dan idealisasi diisi oleh pendidikan pembuatan regulasi;
komunikasi instruktur dengan peserta bersifat dialektis;
c. Jenjang mengengah merupakan
wahana sosialisasi diisi oleh pendidikan konsfirasi dan sosial enginering;
komunikasi pendidik dengan peserta bersifat konsultatif;
d. Jenjang dasar merupakan wahan internalisasi
diisi oleh pendidikan mental dan keterampilan aksi; komunikasi instruktur
dengan peserta bersifat instruktif;
e. Jenjang rekruitmen merupakan
wahana apresiasi minat bakat disisi oleh pendidikan teknis; komunikasi
instruktur dengan peserta bersifat persuasif;
4. POKOK POKOK TAKTIK GERILYA[6]
Perang
gerilya merupakan model perang dengan kekuatan yang tidak seimbang. Dimana
pihak kita memliki kekuatan yang jauh lebih kecil daripada musuh dari berbagai
dimensi. perang gerilya merupakan perang yang dilakukan sambil sedikit demi
sedikit membangun kekuatan yang seimbang dengan musuh sehingga bisa melakukan perang
militer secara terbuka (ofensif). Adapun sifat sifat perang gerilya adalah
sebagai berikut :
1. Doktrin
Gerilya
merupakan perang yang memiliki tujuan yang suci mulia tidak semata mata untuk
mengejar kekayaan atau popularitas, pernag gerilya merupakan perang antara yang
haq dan yang bathil. Seorang gerilya tidak hanya seorang jenderal termpur
melainkan pelopor ideologi.
Gerilya tidak
sematamata perang senjata, gerilya merupakan perang ideologi, karena hanya
dengan ideologi yang kuat, hanya batin yang teguh, yang dapat meledakan perang
gerilja yang cukup tabah buat menempuh jalan penderitaan yang panjang dan sulit
sampai pada tingkatan mengalahkan musuh yang kuasa.
Tindakan-tindakan
sigerilja tidak bisa cuma mengutamakan pertempuran-pertempuran, melainkan
haruslah pula mengutamakan psyichologis dan sosial ekonomis dengan
gerakan-gerakan propaganda, politik non-kooperasi, politik bumi-hangus,
infiltrasi dll.
2. Tentara
Tentara
perang gerilya merupakan tentara yang super, tentara multi tallenta, tentara pilihan
dari rekruitmen bibit bibit unggul, tentara yang bisa memerankan berbagai
posisi bisa menggunakan berbagai jenis senjata, bisa melakukan berbagai jurus.
Adapun sifat sifat seornag gerilyawan adalah sebagai berikut :
a. Idealis, memiliki keyakinan dan cara pandang
hidup yang tidak materialis, memliki orientasi hidup, memahami hukum;
Yang haq
pasti menang dan yang bathil pasti kalah..!!!
b. Ksatria, kuat secara fisik dan mental,
bernyali besar, selalu serius menghadapi perso’alan, otak yang cerdas,
profesional dan bertanggungjawab;
Berani
karena benar dan takut karena salah..!!!
c. Berkarakter, memiliki prinsip yang kuat, berjiwa
pelopor mampu masuk, mempengaruhi dan menggerakan massa. memiliki kompetensi
yang banyak, tidak mudah terbawa arus, fokus pada target, penguasaan medan yang
tinggi;
Tandang ke
gelanggang walau seorang;..!!!
d. Mental juara, jiwa petarung, tidak mudah menyerah,
memaksimalkan segala potensi dengan efektif, dan selalu siap dan layak untuk
menang;
Jangan
kembali pulang sebelum menang..!!!
e. Heroik, rela berkorban, menolong yang
lemah, membasmi yang dzalim.
Berhasil
tidak dipuji, gagal dicacimaki dan mati tidak dicari..!!
3. Pasukan
Pasukan
gerilya merupakan pasukan khusus, pasukan gerilya merupakan pasukan elit. yang
sedikit melawan pasukan yang banyak.
a. Pasukan
gerilya diambil secara selektif, tentara pilihan yang memiliki minat dan bakat
yang tinggi;
b. Pasukan
gerilya dilatih untuk bisa menyelesaikan perso’alan yang banyak dengan potensi
yang sedikit, memiliki kesadaran potensi diri, percaya akan potensi dan mampu
memberi kepercayaan pada orang lain;
c. Pasukan
gerilya dilatih untuk memiliki kemampuan dari ranah paling teknis sampai ranah
paling filosofis;
d. Pasukan
gerilya mampu memposisikan diri dengan tepat seara infiltratif di jantung
pertahanan musuh untuk merusak sendi paling inti dari kekuatan musuh;
e. Pasukan
gerilya dimonitoring secara rahasia oleh seorang komandan gerilya yang bertugas
membuat desain perang, membagi tugas, mengevaluasi dan membuat kebijakan dan
keputusan strategis.
4. Medan
Perang yang sekarang
bukan lagi perang antara tentara dengan tentara perang yang khusus dengan
strategi, taktik dan logistiknya,saja, bukan lagi cuma perang militer.
Melainkan sekarang yang berperang adalah rakyat, rakyat seluruhnya.
Perang bergolak
secara semesta, perang politik militer, politik, psychologi dan ekonomi.walaupun
keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan bersenjata
yang berhadapan.
5. Logistik
Pangkalan
Grilya berpangkalan
dalam rakyat, mempersiapkan diri ditengah-tengah rakyat seperti ikan dalam air,
bersembunyi ditengah-tengah rakyat. Gerilja berpangkalan dimana-mana, asal saja
ada rakyatnya dan asal saja buminya cukup ruangan dan persembunyian.
Bumi yang sulit
didatangi oleh musuh, yang cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran,
yang tak dapat diserbu oleh musuh secara besar-besaran. gerilja berjuang dengan
bantuan, pemeliharana dan perlindungan dan bersama sama rakyat pula. Gerilja
adalah prajurit rakyat yang sedjati.
Senjata / amunisi
Karena gerilya adalah
perang dengan senjata yang kurang melawan senjata yang lengkap dan canggih,
maka Senjata gerilya adalah senjata musuh. Senjata dicuri dipergunakan dari dan
untuk melumpuhkan musuh. Gerilya harus sepintar pintarnya menghemat energi diri
dan menguras energi musuh.
6. Organisasi
Perang
gerilya diorganisir secara rahasia dalam organisasi clandestine berkomunikasi
dengan bahasa sandi, diikat dengan misi, disatukan dengan rasa kekeluargaan,
bekerja secara harmonis dan dinamis.
7. Komando
Perang rakyat yang total memerlukan pemimpin yang total dan bukan saja
pada puncak nasional, melainkan juga pada daerah-daerah gerilja yang terbawah. Kesatuan dan
kebulatan pemimpin adalah syarat mutlak untuk kesempurnaan perang rakyat yang
semesta.
Pimpinan perang bukan
lagi mengenai medan militer, melainkan medan-medan seluruhnya secara semesta.
Syarat-syarat yang diminta dari padanya bukan lagi keahlian cuma keahlian
militer, melainkan pemahaman seanteronya politik, militer dan ekonomi.
8. Siasat / strategi
Siasat gerilja adalah
mengikat musuh sebanyak mungkin, Musuh disebar-sebar, dipecah-pecah dan
dipakukan melelahkan, memeras darah dan keringatnya sebanyak mungkin, dan
menggoncangkan urat-urat syarafnya. Gerilja adalah muncul-menghilang,
mondar-mandir dimana-mana, sehingga bagi musuh tiada dapat dicari dimanapun,
tapi dirasakan menggempur dimana saja.
Akan tetapi, Perang gerilja tidaklah boleh sembarangan “geriljisme”. Kaum gerilja juga
harus berdisiplin, juga harus berorganisasi, juga harus berlatih, juga harus
mempelajari taktik bertempur, juga harus mempunyai rancangan dan perhitungan.
Kaum gerilja juga mempunyai pemimpin yang harus ditaati, Bahkan segala sesuatu
harus lebih berat disadari.
9. Intelijen
Fungsi
intelijen biasanya diperankan secara terpisan dari tentara tempur. Akan tetapi
karena jumlah pasukan yang sedikit dan sulitnya berkoordinasi secara leluasa,
maka fungsi tentara tempur harus merangkap tentara intelijen. Adapaun fungsi
intelijen lebih ditujukan kepada;
a.Spionase (pengintaian musuh)
b.Infiltrasi (penyusupan agen ke jantung
pertahanan musuh)
c. Sabotase
(penggagala/pengrusakan kegiatan musuh melalui penghancuran sendi vital;
d.Penggalangan (meraih simpati rakyat dan
menggerakan potensi rakyat untuk mendukung gerilya)
e. Propaganda
(membangun kesamaan ideologi, membangun kebencian rakyat terhadap musuh)
10. Anti gerilya
Merupakan upaya memisah geriljawan musuh dari rakyat
pangkalnya, dan karena itu lebih-lebih harus mengutamakan gerakan politik,
psychologis dan ekonomis. Gerilja harus dilawan dengan senjata-senjatanya
sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan flexible.
Soal pokok adalah
menawan hati rakyat. Inilah strategi perang anti-gerilja.
Mengenal rakyat, mengenal cita-citanya, mengenal adat-istiadatnya, mengenal
masalahnya adalah senjata utama dalam tangan pihak anti-gerilja.
Yang paling penting
ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota gerilja sendiri,
terutama yang telah tertawan. Dengan sikap yang baik-adil, dengan menyadarkan
kepada maksud anti-gerilja lebih tinggi daripada sigerilja, dengan lain-lain
daya upaya, supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran mereka.
5. IMPLEMENTASI PRINSIP GERILYA DALAM KADERISASI
PII
Kaderisasi
gerilya merupakan model pengorganisiran kader diaman jumlahnya sedikit tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat bangsa dan negara. Pihak kita terhitung
sulit untuk merekrut anggota yang banyak, melakukan pendidikan yang komples dan
ditribusi kader secara masiv. Kaderisasi gerilya kaderisasi yang dilakukan
sambil sedikit demi sedikit membangun infrastruktur kaderisasi yang mapan.
Karena hanya dengan kaderisasi yang mapanlah memungkinkan dan sangat mendukung
untuk terciptannya perkembangan mental kader yang paripurna. Adapun sifat dari
konsep kaderisasi gerilya adalah sebagai berikut :
A. Konsep Dasar
Kaderisasi
Gerilya merupakan pola pendidikan yang memiliki tujuan profetik, membangun
kebudayaan dan peradaban yang sesuai dengan islam. kaderisasi berbasis gerilya
bukan untuk membangun popularitas organisasi, atau untuk merekrut anggota yang
massif sehingga memiliki power yang kuat secara politik. Kadersasi gerilya
perupakan pendidikan untuk menanamkan ideologi, tranformasi dan sosialisasi
misi eksistensi organisasi.
Kaderisasi gerilya
tidak hanya semata mata upaya pembangunan sumberdaya manusia tanpai visi.
Kaderisasi gerilya merpuakan kaderisasi ideologis yang menanamkan cita cita,
memberi pola strategi dan landasan yang fundamental, karena hanya dengan
ideologi yang kuat, batin yang tanggu yang dapat memicu perkembangan mental dan
kompetensi yang dahsyat.
Kaderisasi kerilya
tidak bisa hanya menggunakan metodologi metodologi pelatihan dan pembelajaran
saja. Melainkan harus menggunakan sentuhan psikologis dan sosial. Dengan
internalisasi doktrin doktrin perjuangan, pembinaan intenshif dan
penggemblengan mental, serta integrasi yang kuat.
B. Mental Dan Kompetensi Yang Dibangun
Kader organisasi
gerilya merupakan kader super kader multi kompetensi kader pilihan, yang direkrut
dari bibit bibit potensial, orang orang terbaik dari kalangannya. Berwawasan
luas, mampu menggunakanberbagai teknologi, mampu menysusun dan menjalankan
berbagai strategi,
a. Idealis, memiliki keyakinan dan cara pandang
hidup yang tidak materialis, memliki orientasi hidup, memahami hukum;
Yang haq
pasti menang dan yang bathil pasti kalah..!!!
b. Ksatria, kuat secara fisik dan mental,
bernyali besar, selalu serius menghadapi perso’alan, otak yang cerdas,
profesional dan bertanggungjawab;
Berani
karena benar dan takut karena salah..!!!
c. Berkarakter, memiliki prinsip yang kuat,
berjiwa pelopor mampu masuk, mempengaruhi dan menggerakan massa. memiliki
kompetensi yang banyak, tidak mudah terbawa arus, fokus pada target, penguasaan
medan yang tinggi;
Tandang ke
gelanggang walau seorang;..!!!
d. Mental juara, jiwa petarung, tidak mudah menyerah,
memaksimalkan segala potensi dengan efektif, dan selalu siap dan layak untuk
menang;
Jangan
kembali pulang sebelum menang..!!!
e. Heroik, rela berkorban, menolong yang lemah,
membasmi yang dzalim.
Berhasil
tidak dipuji, gagal dicacimaki dan mati tidak dicari..!!!
C. Kompetensi kader
a. Kader
diambil dari orang orang pilingan yang paling unggul dari kalangannya.
b. Kader harus
menguasai peta dan perso’alan lokal sampai internasional.
c. Kader harus
menguasai kompetensi dari yang paling teknis sampai paling filosofis dan
teologis,
d. Kader harus
menguasai seluruh lini kehidupan dari ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
kesehatan, dsb.
e. Kader harus
bisa menjadi seorang eksekutor sampai seorang profesor;
f. Kader dapat
menempatkan diri secara efektif dan rahasia ke tempat strategis;
g. Pergerakan
kader harus termonitoring dan terevaluasi dengan baik.
D. Lapangan Berlatih
Pendidikan
yang sekarang tidak lagi merupakan sebuah pembinaan dengan guru/instruktur
khusus dengan strategi dan metoda pembelajaran serta media belajar yang formal
dan konvensional. Tidak hanya berbentuk sekolah ekslusif yang mengungkung daya
jelajang kader. Pendidikan pola gerilya merupakan pendidikan alam terbuka.
Dimana kader belajar dari realitas alamiyah, dibimbing oleh wahyu dan dipandu
oleh kebersihan jiwa.
Pendidikan
berlangsung secara semesta, pendidikan kontekstual, pembelajaran hadap masalah,
mentalitas kader dibangun oleh situasi sosiocultural yang nyata. Kompetensi
kader dilatih oleh berbagai variasi perso’alan serta tugas aksi yang
dijalankan. Meskpun pendidikan yang lebih terpelihara adalah pendidikan yang
terkanalisasi.
E. Media Dan Alat Berlatih
Kelas
Kaderisasi gerilya
tidak merupakan kelas ruangan formal. Kelas kaderisasi gerilya berada di tengah
tengah masyarakat. belajar, bersama dari dan untuk masyarakat. Kelasnya berada
di mana mana. Di tengah masyarakat yang cukup subur nilai kebudayaan dan peradabannya,
masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan perkembangan mental dan intelektual
dan kompetensi kader;
Masyarakat yang
steril tidak terkontaminasi budaya sekuler, masyarakat yang memberi
perlindungan, memberi penghidupan dan pendidikan. Masyarakat yang memiliki
security kebudayaan yang kuat. Kaderisasi gerilya merupakan pendidikan berbasis
masyarakat sejati;
Materi
pendidikan
Karena kaderisasi
gerilya adalah kaderisasi dengan perlengkapan yang sederhana untuk
menyelesiakan perso’alan yang begitu kompleks, maka materi dan peralatan
belajarnya berasal dari masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini perlu dicatat
bahwa kaderisasi gerilya tidak memberikan informasi atau pengajaran apapun.
Kaderisasi gerilya hanya menanamkan doktrin, meluruskan orientasi, memberikan
simulasi, membangun integritas emopsional anta kader.
Kaderisasi gerilya
adalah kaderisasi pemimpin, pelopor, tempatnya berbagi informasi, merumuskan
gagasan membuat kebijakan, dan membagi tugas kerja; kaderisasi gerilya harus
terbuka kepada berbagai potensi, minat bakat manusia. Semakin beragam potensi
semakin baik kualitas kaderisasi. Dengan begitu kaderisasi gerilya semakin lama
semakin kaya akan informasi, semakin kuat dengan potensi dari luar yang
diorganisir didalam;
F. Organisasi Kader
Kader
gerilyawan diorganisis melalui sebuah lembaga yang sifatnya rahasia. Lembaga
itu disebut lembaga clandestine. Struktur organisasi gerilya dibangun sangat
efektif, efisien dan fleksibel. Koordinasi antar gerilyawan menggunakan bahasa
sandi karena medan operasi berada di lingkungan musuh yang bertentangan secara
ideologi; organisasi gerilyawan dibangun secara kekeluargaan, diikat dengan
kesamaan misi, dipersatukan dengan kesatuan jiwa. Bekerja secara harmonis,
posisioning yang otomatis, dengan tempo yang dinamis dan progresif;
G. Pelatih
Kaderisasi
gerilya dilatih oleh instruktur yang sama sama seorang gerilyawan, kader super,
multi talent dan memiliki penguasaan medan yang tinggi. adapun tugas tugas
pelatih adalah sebagai berikut :
a. Bertanggungjawab
terhadap seluruh resiko pendidikan
b. Menyeleksi
dan merekrut calon kader unggulan;
c. Menanamkan
ideologi
d. Membangun
mental kader dengan menempatkan kader pada situasi sosiocultur yang nyata;
e. Membina
skill dan kompetensi melalui tugas tugas aksi yang variatif dan terstruktur;
f. Menghadapkan
kader pada masalah real melalui pengalaman berstruktur;
g. Memberikan
amanah perjuangan dan mendistribusikan kader kader ke lini strategis;
h. Mengevaluasi
dan mengembangkan pola pendidikan;
Syarat
pelatih :
a. Pejuang
ideologi total yang memeiliki kompetensi tinggi;
b. Memiliki
kemampuan membaca dan mengolah psikologi manusia;
c. Memiliki
wawasan ideologi yang matang,
d. Kuat secara
karakter, mampu memberikan tekanan, memotivasi dan menggembleng kader secara
psikoilogis;
e. Memiliki
kompetensi yang multi dan penguasaan meddan yang tinggi;
f. Memiliki
kemampun comunity developmen;
g. Memiliki
jejaring eksternal yang luas; memiliki peta dan konspe perjuangan yang matang;
h. Konsisten
dan konsen dalam mengelola kaderisasi siap dipanggil kapan saja;
H. Metoda pendidikan
Pembangunan mental
1. Untuk
membangun jiwa yang idealis setiap harus disediakn lingkungan yang penuh godaan godaan material seperti kekayaan,
kedudukan, syahwat dsb. Dengan ditanamkan ideologi yang kuat dan
jaminan keselamatn dunia dan akhirat maka jiwa idealis akan tumbuh;
2. Untuk
membangun jiwa ksatria Kader harus dibiasakan menghadapi tantangan dan tugas
tugas berresiko tinggi. Di gembleng dengan tekanan yang besar, diasah potensi,
diberi data dan informasi yang akurat, peraturan yang ketat dengan hadiah dan
sangsi yang jelas;
3. Untuk
membangun jiwa yang berkarakter kader harus dihadapkan pada pluraritas, diberi
kepercayaan. sering diterjunkan ke masyarakat. Diberi misi revolusioner. Sering
diberi tugas dengan prekwensi yang cepat, dinamika dengan tempo tinggi. kader
harus merasakan nikmatnya berkarya.
4. Untuk
membangun mental juara Kader harus sering dihadapkan kepada masalah/target yang
jauh lebih besar dari kekuatannnya. selalu dituntut untuk menang. Dibiasakan
sukses menjalankan tugas. Agar tertanam dalam dirinya bahwa dia tidak pernah
kalah.
5. Untuk
membangun jiwa yang heroik, Jangan pernah memberi pujian, kader harus dituntut
untuk berkorban dan berjuang mati matian, dan dibiasakan terasing;
Pembinaan
kompetensi
a. Untuk
memperoleh bibit yang unggul rekruitmen harus menyentuh berbagai komunitas
pelajar, harus dibuat team pencari bakat;
b. Untuk
melatih penguasaan medan dan peta perso’alan dibangun melalui kajian kajian
strategis yang membahas dan menuntut kader ntuk mengambil keputusan dan membuat
rancangan kebijakan dan melakukan aksi yang efektif;
c. Untuk
melatih kompetensi kader dibangun melalui penjenjangan pelatihan yang
sistematis dan terukur dengan gaya komunikasi pelatihan yang konstruktif
menciptakan mental yang sesuai;
d. Untuk
membangun penguasaan medan kader harus dilatih untuk mobile, bergerak cepat,
progresif, muncul dimana mana. Seolah olah banyak tapi sedikit;
e. Untuk
melatih kapasitas kader dibangun melalui mengalaman berstruktur dari mulai
tingkat kecamatan sampai nasional bahkan kalau bisa internasional;
f. Untuk
memperoleh posisi kader yang tepat, Kader harus disusupkan dan diberi ruang
aktualisasi pada posisi paling vital di setiap sistem pemerintahan. Elemen
masyarakat dsb. Untuk mempengaruhi, mewarnai dan membangunnya sesuai dengan
syari’at Islam;
g. Untuk
mengawasi pergerakan Kader yang sedang beroperasi dimonitoring dan dipimpin
oleh seorang dewan muadib. Yang mengkoordinir, menguasai medan, membuat konsep
membuat keputusan pergerakan;
I. Evaluasi dan monitoring
Fungsi
evaluasi dan pengawasan biasanya dilakukan secara terpisah dimana pengawasan
dilakukan oleh instruktur secara keseluruhan. Akan tetapi karena kaderisasi
gerilya jumlahnya tidak banyak, maka fungsi pengawasan dibebankan kepada
pelajar yang sedang mengikuti proses pendidikan. Disini kader dituntut untuk
dapat bekerja dan mengevaluasi dirinya sendiri. Agar ia lebih menyadari potensi
diri dan mampu memposisikan diri secar aotomatis;
Adapun
fungsi monitoringd an evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Fungsi
pengamatan secara rahasia (pengintaian) untuk mendeteksi situasi dan kondisi
pergerakan;
b. Fungsi
penyusupan agen ke lingkungan target;
c. Fungsi
sabotase, yaitu untuk menangkal dan menghacurkan hal hal yang dapat menganggu
kelancaran belajar;
d. Fungsi
penggalangan adalah peran untuk meraih simpati masyarakat, menggerakan
aktivitas masyarakat untuk mendukung aktivitas pembelajaran;
e. Fungsi
propaganda, adalah peran bagaimana mempertahankan kestabilan psikologis dan
mempengaruhi prikologi masa agar tetap siap menjalankan proses pelatihan;
J. Countra kaderisasi
Merupakan
upaya memisah seorang kader gerilya musuh dari masyarakat dan lingkungan yang
mendidiknya. Dan itu harus digunakan dnegan menggunakan gerakan politik,
operasi perang urat syaraf, propaganda dan gerakan ekonomi. Countra kaderisasi
harus dilakukan oleh kade gerilyawan musuh itu sendiri. Dalam artian membuat
kader gerilya musush berhenti dari proses pembelajaran dengan kemauannya
sendiri.
Inti perso’alannya
adalah bagaimana mendapatkan hati kader gerilya musuh itu. Inilah strategi anti
kaderisasi bagaimana berlomba meraih simpati dan dukungan masyarakat dengan
mengenal karakter, mengenal cita cita, kebiasaan, bersatu dengannya dan
memisahkannya dari lingkungannya.
Yang paling penting
ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota kader gerilja
sendiri, terutama yang telah tertawan dan terjebak dalam pendidikan dan
lingkungan musuh. Agar mereka yang terjebak dalam lingkungan kotor yang
kontaminan menyadari dengan sendirinya untuk keluar;
K. KELEMAHAN KONSEP INI
Strategi
ini merupakan strategi yang ekstrim dan berresiko tinggi. tidak bisa dijalankan
secara main main. Strategi ini membutuhkan pelaku yang total, serius. Strategi
ini terhitung cukup keras. Maka bagi yang mentalnya lemah pasti akan tergerus
dan terseret dan remuk secara psikologis.
a. Peserta
belajar dalam strategi ini harus betul betul selektif dipilih oleh tem pencari
bakat yang ahli. Jika bahan baku kadernya lemah, dengan kecerdasan yang rendah
maka proses kaderisasi akan lebih membunuh potensi ketimbang meningkatkan
kemampuan;
b. Dinamika
kultural yang dibangun sangat keras, tempo tinggi, tensi yang panas. Apa bila
proses pembelajara tidak dijalankan secara serius makan akan menjadi kacau
balau;
c. Pola
kaderisasi ini membutuhkan pendidik/pelatih yang kuat, total dan betul betul
bermental pendidik. Jika pelatihnya setengah setengah dan main main. Maka
pelatihan.pendidikan akan rusak dan kader akan menjadi sampah belaka;
d. Perlu
pembelajaran yang lebih mendalam untuk menjalankan strategi ini, sebab tidak
sembarang orang bisa mengikutinya, tidak sembarang orang bisa mengelolanya,
tidak sembarang cara bisa dijalankannya.
L. Penutup
Artikel
ini hanya berisi prinsip prinsip dasar pelaksanaan proses kaderisasi. Artinya
harus diterjemahkan ulah kedalam bentuk yang lebih konseptual agar bisa
terencana dan terlaksana dengan rapih.
Demikian
penjelasan tentang salahsatu wawasan dalam bidang kaderisasi ini saya buat,
sebagai gagasan untuk menghadapi perso’alan kaderisasi PII yang kian hari kian
parah, akan tetapi jika saja strategi ini betul betul tepat, maka Alloh SWT
akan senantiasa melindungi.
Untuk
lebih menyempurnakan gagasan yang telah termaktub, tidak lupa penulis membuka
diri untuk diberikan kritikan dan saran yang membangun demi terapainya sebuah
konsep yang matang;
Mataram, 10 September 2014
Wildan Alami
Penulis
[1] Disampaikan pada acara
sarasehan Dewan Ta’dib Regional PII NTB, Mataram 10 September 2014
[2] Kepala Staf Pendidikan Dan
Latihan Koordinator Pusat Brigade Pelajar Islam Indonesia Periode 2012-2015
[3] Sun-tzu the art of war
[4] Sun-tzu the art Of War
[5] Direduksi dari TA”DIB, pola
kaderisasi PII
[6] Direduksi dari tulisan AH.
Nasution “pokok Pokok Perang gerilya tahun 1953”
0 komentar:
Posting Komentar